اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ * الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, karena Tuhanmu itu yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan perantaraan qalam. Ia mengajari manusia yang tidak diketahui mereka. (QS. Al-Alaq : 1 - 5)
Lima ayat dari surat al-‘Alaq di atas adalah awal dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi saw. Perintah membaca adalah kata pertama dari wahyu tersebut.
Begitu pentingnya perintah ini hingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama.
Perintah ini tidak ditujukan kepada pribadi Nabi Saw, semata tetapi juga perintah untuk seluruh manusia karena hal tersebut merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari perintah membaca pada ayat di atas tidak disebutkan objeknya, hal ini menunjukkan sifat umum yang mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut.
Pada ayat pertama di atas dikaitkan dengan kalimat bismirabbika (dengan nama Tuhanmu), hal ini menuntut si pembaca bukan hanya sekedar membaca dengan ikhlas tetapi juga harus memilih bahan bacaan yang tepat, yang tidak bertentangan dengan nama Allah.
Pada ayat ketiganya, perintah membaca dikaitkan dengan kalimat warabbukal akram (dan Tuhanmu yang Maha Mulia), ini mengandung pengertian bahwa Allah dapat menganugerahkan puncak dari segala kemuliaan kepada orang yang membaca. Di sini terlihat perbedaan perintah membaca pada ayat pertama dan pada ayat ketiga. Pada ayat pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang membaca, sedangkan perintah kedua menjanjikan manfaat yang diperoleh dari bacaan tersebut.
Pada saat seseorang membaca dengan nama Allah, Dia akan menganugerahkan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu dan ketika ia mengulang dan mengulang kembali bacaannya Allah akan memberikan pandangan baru dan manfaat yang banyak walau yang dibaca masih itu juga.
Oleh karena itu, berdasar hal tersebut, pemahaman lima ayat di atas yang menjadi salah satu penyebab Umar bin Khatab masuk Islam.
Di dalam riwayat ath-Thabrani dikisahkan, Rasulullah saw. pernah berdoa,
“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan masuknya Umar bin Khatab”. Padahal ketika itu Umar pernah memukul saudarinya di awal ketika membaca iqra bismirabbikalladzi khalaq hingga ia sangka telah membunuhnya.
Namun ketika Umar terbangun di akhir malam ia mendengar lagi suara saudarinya membaca iqra bismirabbikalladzi khalaq, maka Umar berkata,
“Demi Allah ini buka syi’ir atau suara binatang”. Bahkan karena sangat mengerti dan tertariknya Umar terhadap yang di dengarnya, ia mendatangi Rasulullah saw.
Di depan pintu ia bertemu dengan bilal, dan setelah terjadi dialog bilal memberitahukannya kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi Umar, Ia akan memasukannya pada agama ini”. Rasulullah saw., berusaha untuk tetap bersabar dan mulai bertanya kepada Umar, “Apa yang engkau inginkan, dan apa yang membawamu kemari?” Umar berkata, ‘Tunjukkan kepadaku apa yang engkau dakwahkan!’. Beliau bersabda, ‘Engkau bersaksi tidak ada tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, dan engkau bersaksi Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.’” Umar pun masuk Islam di tempat itu. Sabda beliau, “Sekarang pulanglah”. Ad-Durrul Mantsur, VIII : 563
Dengan demikian Iqra’ merupakan perintah membaca dari Allah Swt., membaca tanda-tanda kekuasaan Allah pada alam, membaca kehidupan, membaca hati nurani, membaca hadist dan yang berkaitan dengannya, tetapi yang terbaik adalah membaca Al Qur’an seraya berusaha untuk memahami dan mengamalkannya.
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS. Al-Waaqiah : 77)
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, (QS. Fussilat : 3)
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Israa : 106)
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A'raaf : 204)
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqaan : 32)
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS. Ali Imraan : 113)
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (Al-Israa: 107)
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (Faatir: 29)
Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, (Al-Israa: 45)
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (Al-Israa: 14)
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Yunus: 61)
Wallahu a’lam Bishshawab
Maraji’ : AlQur’anulkarim, Ad-Durrul Mantsur, Al Qudwah
0 Response to "Mulia dengan Membaca"
Posting Komentar