Orang Kuat Menurut Rasulullah Saw

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1383. Darinya (Abu Hurairah) Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." (Muttafaq Alaihi)

[shahih, Al-Bukhari (6114) dan Muslim (2609)]

[سبل السلام]

Penjelasan Kalimat

Darinya (Abu Hurairah) Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam bersabda, "Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. (Shura'ah dengan mendhammahkan huruf shad, menfathahkan huruf ra' dan diikuti oleh huruf 'ain, menurut timbangan humazah dalam bentuk mubaalaghah, yakni selalu menang dalam bergulat), akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." Muttafaq Alaih.

Tafsir Hadits

Maksud kuat yang tercantum dalam hadits adalah kekuatan maknawi, yakni kesungguhan dalam menahan diri dari perbuatan buruk, mampu mengendalikan anggota badan agar tidak menyerang seseorang yang membuatnya emosi. Sebab menghadapi hawa nafsu sama seperti menghadapi sekian banyak musuh. Jika kamu mampu mengendalikan dorongan hawa nafsu berarti kamu disebut sebagai orang kuat yang mampu mengalahkan sekelompok orang yang ingin mengalahkanmu. Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa berjihad melawan hawa nafsu lebih sulit dibandingkan berjihad melawan musuh. Alasannya karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan orang yang mampu menguasai hawa nafsunya sebagai manusia yang paling kuat. Hakikat marah adalah gejolak emosi yang mencuat ke jasad yang siap untuk menyerang.

Hadits ini menganjurkan agar kita berusaha mengendalikan dan menahan dorongan nafsu apabila ada sesuatu yang membuat kita marah sehingga muncul dorongan kuat untuk segera menyerang. Sebab marah merupakan salah satu sifat yang sudah menjadi tabiat manusia, jika ada yang mengusik-usiknya, maka gejolak amarah akan bangkit.

Gejolak ini akan terlihat dari warna wajah dan kedua mata yang memerah, urat-urat menegang dan sebagian tubuh juga berubah menjadi merah, karena saat itu kulit akan memperlihatkan warna lapisan yang ada di bawahnya. Hal ini terjadi jika amarahnya tertuju kepada sesuatu yang rendah dan ia sanggup untuk melampiaskan amarahnya. Apabila orang-orang atasan yang mengusik marahnya dan ia tidak kuasa untuk melampiaskan amarahnya, maka aliran darah di daerah kulit akan tertahan dan mengalir ke dalam jantung sehingga warna kulit berubah menjadi pucat karena adanya rasa takut. Adapun amarah terhadap orang yang seimbang kekuatannya, maka aliran darah berbolak-balik antara mengalir dan tidak mengalir sekitar daerah kulit. Oleh karena itu, kulit terkadang berwarna pucat dan terkadang memerah.

Kemarahan akan mengubah kondisi lahir dan batin seseorang seperti ada perubahan pada raut muka, gemetarnya anggota badan, munculnya tindakan-tindakan tanpa kontrol dan tingkah laku yang aneh. Sehingga apabila seorang yang sedang marah melihat sendiri bagaimana keadaan dirinya ketika marah, niscaya akan hilang amarahnya karena merasa malu melihat bentuk rupanya dan keanehan tingkahnya. Ini yang berkaitan dengan perubahan pada bentuk lahiriyah. Adapun perubahan batin lebih buruk daripada perubahan lahiriyah. Karena akan menimbulkan perasaan dendam di dalam hati dan memendam berbagai rencana jahat. Bahkan perubahan secara batin lebih cepat dari pada perubahan yang ada pada lahiriyah, karena perubahan lahiriyah merupakan efek daripada perubahan batin. Seperti efeknya terhadap lidah yang mengucapkan cacian dan makian. Efek terhadap perbuatan seperti memukul, membunuh, dan Lain-lain.

Beberapa hadits memberikan terapi penyakit marah ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Asaakir dengan sanad yang marfu' bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

"Marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari api sementara air dapat memadamkan api. Apabila salah seorang di antara kalian sedang marah maka hendaklah ia mandi." [dha'if, Dha'if Al-Jaami' (3933)]

Di dalam riwayat lain disebutkan: (فَلْيَتَوَضَّأْ) "Hendaklah ia berwudhu"

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dengan sanad yang marfu' bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

"Apabila salah seorang di antara kalian sedang marah lalu ia berkata, "A'udzubillahi minasy syaithaan (aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan)." pasti marahnya akan reda.” [shahih, Shahih Al-Jami' (695)]

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang marfu' bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

"Apabila salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah ia diam." [Shahih: Shahih Al Jami' 693]

Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Hibban bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

"Apabila salah seorang kalian sedang marah maka hendaklah ia duduk. Jika emosi belum juga reda maka hendaklah ia berbaring." [Shahih: At Tirmidzi 4782]

Diriwayatkan oleh Abu Syaikh bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Marah itu berasal dari setan, apabila salah seorang di antara kalian muncul kemarahannya di saat ia berdiri maka hendaklah ia duduk dan apabila muncul kemarahannya dalam keadaan duduk maka hendaklah ia berbaring."

Marah yang terlarang adalah marah yang tidak syar'i. Adapun marah yang syar'i adalah sebagaimana yang dicantumkan oleh Al- Bukhari dalam kitab Shahihnya: Bab Dibolehkannya Marah dan Bersikap Keras untuk Melaksanakan Perintah Allah. Allah Ta'ala berfirman, Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka." (QS. At-Taubah: 73)

Lantas Al-Bukhari menyebutkan lima buah hadits yang masing-masing hadits tersebut menunjukkan bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam marah karena beberapa sebab yang berbeda. Yang pada intinya semua kemarahan beliau disebabkan oleh perintah Allah Ta'ala dan kemarahan yang beliau perlihatkan adalah penegasan terhadap perintah tersebut. Allah Ta'ala menyebutkan kisah kemarahan Nabi Musa Alaihis Salaam di dalam Al-Qur'anul Karim: "Sesudah amarah Musa menjadi reda." (QS. Al-A'raaf: 154)

-Wallahu a'lam Bishshawab-

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Orang Kuat Menurut Rasulullah Saw"

Posting Komentar